Thursday, 8 January 2015

PANTAI BOOM TUBAN


Tuban ternyata memiliki beberapa objek wisata yang cukup bagus untuk dikunjungi. Kabupaten di Jawa Timur ini selain menjadi salah satu tujuan wisata walisongo, dengan makam Sunan Bonang-nya, juga memiliki objek wisata berupa pantai yang cukup indah, namanya Pantai Boom.

Kabupaten Tuban yang berada di pesisir utara Pulau Jawa ini memang memanfaatkan keindahan pantainya sebagai objek wisata. Pantai Boom sendiri terletk di lokasi yang sangat strategis. Letaknya berada tidak jauh dari alun-alun kota membuat pantai ini sangat mudah dijangkau oleh kendaraan apapun.

Pantai Boom dahulunya adalah sebuah pelabuhan kuno di masa kejayaan Kerajaan Majapahit, dan merupakan tempat singgah para pedagang dan saudagar antar daerah dan negara. Namun sekarang pantai ini berubah menjadi tempat wisata yang begitu indah karena beberapa waktu lalu, pemerintah daerah setempat mengeluarkan dana untuk mempercantik objek wisata pantai ini.

Memasuki pintu gerbang Pantai Boom, pengunjung sudah disuguhi karya arsitektur indah berupa relief tentara tar-tar di sebelah kiri gerbang dan reliefRonggolawe di sebelah kanannya. Relief-relief tersebut menceritakan tentang tentara tar-tar yang pernah mendarat disini dan sejarah Tuban sendiri. 

Tidak jauh dari pintu masuk terdapat sumber air tawar yang mengalir terus menerus dari sela-sela batu karang. Disini pengunjung diperbolehkan mengambil sumber air tersebut untuk dibawa pulang.

Di dalam kawasan pantai, kita akan menjumpai taman-taman asri yang dihiasi oleh pohon-pohon yang rindang. Di taman ini, pengunjung bisa berolahraga seperti jogging ataupun sekadar berjalan kaki mengelilingi taman.

Di sekitar pantai terdapat sebuah jalan yang menjorok ke laut. Jalan ini biasanya digunakan oleh pengunjung untuk bersantai dan menikmati panorama laut ditemani hembusan angin sepoi-sepoi. Disini juga terdapat beberapa gazebo cantik yang digunakan sebagai tempat untuk melihat pemandangan saat matahari terbit ataupun terbenam.

Selain menikmati pemandangan sunrise dan sunset, tidak sedikit pengunjung yang menghabiskan waktu disini dengan memancing ikan di tepi pantai. Selain itu disini tersedia perahu nelayan yang bisa disewa untuk mengelilingi Pantai Boom.

Dengan harga tiket masuk sebesar Rp 2.500 per orang, pengunjung bisa menikmati keindahan Pantai Boom sepuasnya.

Wednesday, 5 February 2014

Museum Kambang Putih Tuban


Tak semua kabupaten memiliki museum sebagai kepedulian untuk menjaga dan menyimpan benda-benda sejarah dan purbakala yang ditemukan di daerahnya.
Walau tampak sederhana, kepedulian untuk membangun museum itu patut diapresiasi karena darimuseum itu kita bisa menyimak jejak peradaban pada masa lampau.Salah satunya adalah Museum Kambang Putih yang berada di Kota Tuban, Jawa Timur. Museum yang juga menjadi destinasi wisata diKabupaten Tuban ini cukup menarik untuk dikunjungi.
Museum ini berlokasinya di pusat kota,  tepatnya di sebelah barat Kantor Bupati Tuban. Berdekatan dengan kawasan wisata religi makam Sunan Bonang dan Masjid Agung Tuban.
Museum   yang buka setiap hari Selasa – Minggu ini merupakan pindahan dari museum Kambang Putih lama yang sebelumnya berada di kompleks Pendapa Kabupaten Tuban.
Benda-benda Koleksi museum Kambang Putih  itu  ditempatkan dalam ruangan-ruangan yang berbeda sesuai dengan jenis dan klasifikasinya. Seperti ruangan ethnografi, Kesenian, numismatik dan sebagainya.Diantara benda-benda koleksi museum itu terdapat beraneka macam fosil, kapak batu dan kapak perunggu, nekara, dan sebagainya.
Beberapa Arca Kuno, prasasti , yoni dan lingga juga menghiasi etalase-etalasenya. Ada juga koleksi benda-benda yang ditemukan di kompleks situs makam Sunan Bonang. Salah satu diantaranya adalah kayu berukir dengan ada hiasan Relief yang cukup indah.
Di ruangan berikutnya menyimpan berbagai koleksi tentang peralatan yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti peralatan nelayan, petani, peralatan membuat Batik Gedog dan Tenun Gedog , peralatan dapur tradisional, peralatan perdagangan dan yang lainnya.
Termasuk koleksi berupa Ongkek yang merupakan 1 set perlengkapan penjual minuman Legentradisional yang bentuknya Khas. Saat ini ongkek sudah langka dan jarang ditemui karena digantikan fungsinya oleh jirigen dan botol-botol plastik. Sedangkan Legen adalah minuman tradisional yang terbuat dari nira bunga pohon ental atau siwalan.
Sebagai daerah pesisir yang memiliki pelabuhan kuno di masa lampau, tentu di kawasan Laut danPantai Tuban banyak terdapat peninggalan-peninggalan bersejarah yang juga disimpan di museum Kambang Putih.
Seperti beraneka jenis dan bentuk benda-benda keramik, guci dan Gentong kuno; Persenjataan kunodan sebuah jangkar terbuat dari besi dan bermata empat yang beberapa diantaranya ditemukan diPantai Boom Tuban.
Untuk Ruangan kesenian menyimpan benda-benda kesenian berupa beraneka jenis kesenian tradisional seperti wayang kulit, wayang krucil, wayang Tengul dan sebagainya yang tampak kuno dan kusam karena faktor usia.
Ruangan kesenian ini berlanjut dengan ruangan Numismatik yang memajang uang-uang kuno yang pernah diterbitkan dan beredar di Indonesia. Baik yang berbentuk logam maupun lembaran kertas.

Sebenarnya lokasi Museum Kambang Putih ini sangat strategis berada di Pusat Kota.Tetapisayang sekali karena banyaknya Becak wisata Makam Sunan Bonang yang parkir dan antri didepan museum , menjadikan keberadaan museum Kambang Putih ini sering terabaikandan terlewatkan.

Obyek Wisata Goa Akbar



Gua ini memiliki panjang 1,2 km  mulai dari bawah Pasar Baru Tuban sampai ke pantai Boom di Laut Jawa.
Di gua ini mengalir air jernih, sungai di perut bumi, yang setiap tahun dikunjungi setidaknya 250.000 orang wisatawan dari dalam dan luar negeri. Gua dengan stalakmit dan stalaktit ini memang penuh dengan kejutan kejutan yang  mengagumkan.
Di gua ini tercatat sebagai tempat sembunyi Brandal Lokajaya yang akhirnya menjadi Sunan Kalijaga yang sakti itu. Murid Sunan Bonang yang juga putra Adipati Tuban Wilwatikta berjuluk Raden Sahid ini yang mempopulerkan gua yang semula bernama Luweng Ombo (goa lebar)  dengan nama Gua Akbar.
Nama ini jadi populer ketika Sunan Bonang yang terkagum-kagum dengan gua besar dan panjang serta indah itu dengan seruan Allahu Akbar Alllahu Akbar (Allah maha besar).
Apapun namanya yang  kebetulan gua ini berada di desa Ngabar kecamatan Semanding atau desa Abar, gua yang dalam sejarah pernah untuk melatih fisik pasukan Ranggalawe (salah satu adipati Tuban)

. Dan gua mempunyai koleksi  dengan ornamen-ornamen asli buatan terbentuk karena alam. Ada Andong Tumpak sebagai tempat pertapaan Sunan Bonang dengan batu yang menggantung. Yang lainnya Sendang Tirta Merta kolam air kehidupan dan Sendang Hawan Samudra lorong yang tembus ke pantai utara, sekitar 1 km panjangnya.
Di sini juga ada ruangan Songgo Langit, yaitu ruangan dimana kita bisa melihat langit dari dalam goa. Di sisi lain ada peninggalan bersejarah prapen Empu Supa untuk membuat senjata.
Di dalam gua juga bisa dilihat Gawang Marabaya. Sebuah lorong sepanjang 20 meter yang bila kita masuk ke dalamnya bisa dilihat sumur yang dalamnya sekitar 14 meter. (saat ini dilindungi pagar pengaman). Dalam sejarah tercatat lorong ini untuk persembunyian Sunan Bonang ketika dikejar kejar tentara Sam Poo Kong (tentara China) yang tidak senang beliau  menyebarkan agama Islam di sini.
Di tengah gua ini ada pendopo yang cukup luas yang dulu digunakan tempat pertemuan para wali. Dan terakhir menjelang ‘finish’ (pintu keluar gua) ada pasujudan Baitul Akbar bekas tempat sholat Sunan Bonang maupun sunan-sunan lainnya yang kini jadi mushola di bawah tanah.
Goa Akbar memiliki beberapa versi sejarah. Versi pertama terjadi sekitar 500 tahun yang lalu saat Sunan Bonang sedang melakukan perjalanan spiritualnya. Ketika menemukan goa ini, Kanjeng Sunan Bonang terpesona dan seketika berucap, “Allahu Akbar”. Konon, sejak itulah, goa yang terletak di tengah Kota Tuban itu disebut Goa Akbar. Versi lain diceritakan, karena sekitar goa banyak dijumpai pohon Abar maka masyarakat setempat kemudian menyebutnya Ngabar. Berdasar buku yang dihimpun Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tuban, kata Ngabar berasal dari bahasa Jawa yang berarti latihan. Konon, goa ini pernah dijadikan tempat persembunyian untuk mengatur strategi dan latihan ilmu kanuragan prajurit Ronggolawe yang ketika itu berencana mengadakan pemberontakan ke Kerajaan Majapahit. Pemberontakan itu disulut oleh ketidakpuasan Ronggolawe atas pelantikan Nambi menjadi Maha Patih Majapahit. Karena seringnya dijadikan tempat latihan, goa dan daerah sekitarnya dijuluki Ngabar, yang kemudian seiring waktu menjadi nama dusun yaitu Dusun Ngabar, Desa Gedongombo, Kecamatan Semanding. Dari nama dusun itulah, nama akbar berasal.
Goa ini sendiri ada di bawah tanah sehingga dari atas, ada tangga yang akan mengantarkan anda menyusuri goa tersebut.

Pesona Air Terjun Nglirip

Nglirip adalah bendungan dari sungai Krawak. Bendungan ini memiliki tinggi kurang lebih 30 meter dan lebar 28 meter. Nglirip berada di desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, kurang lebihnya 35 KM arah barat daya dari Kota Tuban. Menurut cerita masyarakat sekitar, di balik air terjun ini terdapat sebuah gua yang cukup besar. konon di gua itu hidup roh seorang wanita yang sedang menunggu kekasihnya, sesekali wanita tersebut keluar dari gua dan masuk dalam kerumunan masyarakat sekitar atau sekedar mengambil air di air terjun itu. Warga meyakini, putri Nglirip akan marah jika rumahnya di sekitar goa air terjun Nglirip dipakai pacaran. Tapi kalau pasangan suami istri tidak apa-apa. 

Obyek Wisata Pemandian Bektiharjo

Obyek wisata pemandian Bektiharjo terletak + 5 Km dari pusat Kota Tuban. Tempat Wisata Bektiharjo merupakan wisata alam sumber mata air yang ada di Desa Bektiharjo Kecamatan Semanding. Di lokasi Wisata Bektiharjo, tepatnya pada kolam sumber mata air terdapat ikan yang keberadaannya di"keramatkan" oleh warga sekitar yang tidak boleh diambilselain ikan Wisata Bektiharjo terdapat banyak kera yang keberadaannya juga di"keramatkan". Didalam lokasi wisata juga terdapat kolam renang untuk anak-anak sampai untuk dewasa dengan kedalaman + 3 meter. Sumber mata air alam yang ada didalam Wisata Bektiharjo pada beberapa kesempatan juga dipergunakan sebagai tempat untuk acara ritual tertentu. Seperti Siraman Seniman Langen Tayub yang digelar tiap Bulan suro.

Didalam lokasi Wisata Bektiharjo disediakan ayunan untuk bermain serta gazebo untuk bersantai melepas lelah setelah berenang atau berkeliling dilokasi wisata alam ini.

Klenteng Tertua Di TUBAN

Berdasarkan sejarah, Ma Huan, seorang penerjemah dari Laksamana Cheng Ho, yang ikut mendampingi ekspedisi besarnya, mengatakan bahwa di Tuban waktu itu sudah terdapat permukiman orang Tionghoa yang berasal dari Provinsi Guangdong dan Fujian, tepatnya daerah Zhangzhou dan Guanzhou. Di Tuban, mereka merupakan sebagian besar penduduk yang waktu itu jumlahnya mencapai “seribu keluarga lebih”.
Banyaknya orang Tionghoa yang bermukim di Tuban kala itu, berusaha mendirikan klenteng sebagai tempat peribadatan mereka. Di Tuban, terdapat dua klenteng yang telah berusia ratusan tahun lebih. Salah satunya adalah “Ciling Gong” atau dalam dialek Hokkian disebut sebagai “Tjoe Ling Kiong”. Papan nama yang dipasang di depan tempat peribadatan tersebut adalah “Tempat Ibadah Tri Dharma Tjoe Ling Kiong”. Klenteng ini terletak di Jalan Panglima Sudirman No. 104 Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur, atau tepatnya berada di sebelah utara alun-alun Tuban, dekat jalan yang menjadi pintu masuk menuju Pantai Boom.
Seperti biasa, klenteng ini didominasi oleh warna merah, kuning dan hijau, sehingga dari alun-alun terlihat kekhasan bangunan klenteng tersebut. Meski tidak memiliki tempat parkir yang cukup bagi umat maupun pengunjungnya, tidak serta merta mengurangi kemegahan klenteng ini. Masyarakat setempat menyebut klenteng ini dengan sebutan “klenteng perempuan”. 
Klenteng Tjoe Ling Kiong merupakan tempat peribadatan pemeluk ajaran Tri Dharma, yang terdiri atas agama Buddha, Tao dan Konghucu. Eksistensi klenteng ini dipersembahkan untuk Dewi Tianhou. Tianhou atau Ma Zu atau Mak Co (Hokkian), juga dikenal dengan sebutan Tian Shang Sheng Mu (Mandarin) atau Thian Siang Sing Bo, adalah dewi pelindung bagi pelaut asal Fujian (Hokkian). Banyak klenteng Tianhou menyebar sepanjang kota-kota pantai di Asia Tenggara. Tapi di samping altar utamanya juga terdapat patung dewa lain, yaitu Fude Zhengshen dan Jialian. Fude Zhengshen adalah Dewa Bumi dan Kekayaan. Oleh orang Fujian disebut sebagai Hok tek ceng sin atau Toa pe kong (Dabo gong, istilah Mandarinnya). Dewa ini juga banyak didapati pada klenteng-klenteng di seluruh Jawa.
Sulit diketahui kapan berdirinya klenteng ini, karena tidak ada inskripsi yang tertinggal mengenai kapan diresmikannya bangunan tersebut. Di dalam klenteng ini terdapat inskripsi tentang restorasi yang dilakukan pada tahun 1850. Jadi diperkirakan klenteng tersebut sudah ada jauh sebelum tahun 1850.
Pada tahun 1980 bagian depan klenteng tersebut dirobohkan berhubung adanya pelebaran jalan. Sangat disayangkan bahwa klenteng yang sangat bersejarah ini terpaksa bagian depannya harus dibongkar karena alasan adanya pelebaran jalan. *** [190913]


Wisata Alam Watu Ondo


WATU ONDO adalah salah satu  tujuan wisata di Tuban. Tapi ini  sedikit beda karena  arti Watu Ondo
Dusun Mbogor dan dusun Secang secara geografis terletak di atas tebing setinggi kurang lebih 20 sampai 30 meter, sedangkan dusun Medokan dan dusun Ngendut terletak di bawah tebing. Karena tidak ada sumber air, penduduk dua dusun tadi mengambil air dari mata air yang terdapat di dusun Ngendut atau Medokan. Dan Watu Ondo, merupakan akses menuju sumber air tersebut.
Terdapat 4 lokasi Watu Ondo, yakni:

adalah Tangga dari batu. Lokasinya  perpaduan antara tangga dengan tebing berbatu (penduduk setempat  menyebutnya gampeng). Tujuan wisata ini juga jadi akses lalu lintas antara 3 dusun, yakni antara dusun Mbogor dengan dusun Ngendut serta dusun Secang dengan dusun Medokan.
1. ONDO Plating
Terdapat di pinggiran dusun Secang dan merupakan penghubung antara Secang dan Medokan. Gambaran tentang  Ondo Plating ini adalah sebatang bambu yang diletakkan secara vertikal terhubung langsung dengan celah-celah tebing.
Bila Anda ingin naik, anda harus meniti satu persatu anak tangga yang terbuat dari dari bambu tersebut . Setelah sampai puncak, Anda harus meneruskan pendakian melewati celah-celah tebing yang ada. Sungguh sangat mendebarkan dan penuh petualangan baru.
Harus ekstra hati-hati, Bagi anda yang takut ketinggian tidak disarankan mengikuti wisata petualangan. Sebab salah memijakkan kaki sedikit saja,plung, Jatuh ke jurang. Setelah sampai atas tebing,  Anda akan disuguhi pemandangan alam yang luar biasa. Hamparan sawah, rumah-rumah penduduk, gumuk-gumuk (batu besar) yang berjejer, sungai, hutan, dan gunung-gunung diseberang sana, bahkan pantai utara juga terlihat jelas dari atas tebing Ondo Plating.
Penasaran? Silahkan berkunjung ke Ondo Plating dan uji adrenalin Anda. Jangan lupa, bawa bekal makanan secukupnya, terutama air, karena di area ini tak ada penjual makanan atau minuman.

2. Ondo Nyikut
Setelah berhasil menaiki tebing Ondo Plating, Anda bisa meneruskan petualangan menuruni Ondo Nyikut.  Jarak antara Ondo Nyikut dengan Ondo Plating kurang lebih 300 meter.
Dari atas tebing , Anda dapat berjalan kearah selatan atau kiri. Berjalan di tepian tebing sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Desa-desa di bawah tebing terlihat sangat jelas, dekat dan hijau. Eit,… jangan terlalu pinggir, takut terjatuh, apalagi yang takut ketinggian.
Setelah berjalan sekitar 10 menit, Anda  menjumpai celah-celah tebing yang lain, itulah Ondo Nyikut (bentuknya siku atau sikut lengan). Yang ini lebih mudah dilalui, karena di samping celahnya lebih lebar, tangganya terbuat dari kayu jati yang lebih familier.
Tak terlalu tinggi (sekitar 15 meter), lebih landai. Akses untuk ke Ondo Nyikut adalah jalan setapak yang menanjak dengan kemiringan sekitar 40 derajat. Meski lebih bersahabat, Anda disarankan untuk tetap hati-hati, bila tidak, anda bisa tergelincir oleh jalan setapak yang lumayan licin.

3. Ondo Duwur
Secara harfiah berarti tangga yang tinggi. Terletak di tepian dusun Secang bagian selatan. Terbuat dari tangga kayu jati yang panjangnya kurang lebih 20 meter, yang “tersambung” dengan puncak bukit  yang cukup curam. Tangga ini   menghubungkan antara dusun Ngendut dan dusun Secang dan atau Mbogor.
Kalau Anda ingin menaiki Ondo Duwur  dari bawah  harus melewati dusun Ngendut (kira-kira 1,5 km dari dusun Medokan) ke arah barat.  Akses menuju Ondo Duwur berupa jalan setapak yang menanjak dengan kemiringan antara 30 sampai 45 derajat dengan panjang kurang lebih 750 meter dari jalan desa.
Bagi Anda yang tak terbiasa berpetualang, berjalan sejauh itu tentunya membutuhkan perjuangan ekstra, ngos-ngosan pasti. Tapi cukup imbang dengan penglaman yang diperoleh.
Di kanan kiri jalan setapak, banyak terdapat buah Srikaya (orang lokal menyebutnya Dlimo), dan bila Anda beruntung, banyak Srikoyo masak yang dapat dimakan sambil jalan. Tapi jangan lupa, minta izin yang punya bila ingin menikmati buah khas pegunungan tersebut.
Setelah capek menaiki tanjakan setapak, Anda akan sampai pada sebuah tangga kayu yang cukup tinggi. Naik Ondo Duwur harus sangat hati-hati, sebab, meski terbuat dari kayu jati, tangga ini terlalu sempit dan licin, apalagi setelah terguyur hujan.
Tapi percayalah, semua kelelahan dan pengalaman mendebarkan menaiki Ondo Duwur, akan hilang seketika begitu sampai di atas. Sama dengan pemandangan dari atas Ondo Plating, pemandangan dari atas Ondo Duwur tak kalah eksotisnya. Ladang-ladang petani terhampar di depan mata, hijaunya hutan Dermawuharjo, bahkan pemancar televisi Ngandong juga terlihat sangat jelas dari atas. Diiringi dengan hembusan angin pegunungan yang berhembus kencang, sangat sejuk dan tepat sekali bila Anda memutuskan membuka bungkusan makanan yang Anda bawa dari rumah.


4. Ondo Endek
Lokasi terakhir dari wisata petualangan kita di desa Bektiharjo adalah Ondo Endek. Sama seperti tangga-tangga yang telah saya sebutkan, ondo ini  merupakan akses jalan yang menghubungkan antara dusun Mbogor dengan dusun Ngendut.
Bila dibandingkan dengan ke tiga ondo tadi, Ondo Endek adalah tangga yang paling bersahabat. Karena, di samping aksesnya mudah, tangga ini juga tidak terlalu tinggi.
Jarak antara Ondo Endek dengan Ondo Duwur kurang lebih 750 meter. Secara umum, gambaran tentang tempat ini sama dengan ketiga ondo yang telah saya sampaikan di atas.