
Banyaknya orang Tionghoa yang bermukim di Tuban kala itu,
berusaha mendirikan klenteng sebagai tempat peribadatan mereka. Di Tuban,
terdapat dua klenteng yang telah berusia ratusan tahun lebih. Salah satunya
adalah “Ciling Gong” atau dalam dialek Hokkian disebut sebagai “Tjoe Ling
Kiong”. Papan nama yang dipasang di depan tempat peribadatan tersebut adalah
“Tempat Ibadah Tri Dharma Tjoe Ling Kiong”. Klenteng ini terletak di Jalan
Panglima Sudirman No. 104 Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban,
Provinsi Jawa Timur, atau tepatnya berada di sebelah utara alun-alun Tuban,
dekat jalan yang menjadi pintu masuk menuju Pantai Boom.
Seperti biasa,
klenteng ini didominasi oleh warna merah, kuning dan hijau, sehingga dari
alun-alun terlihat kekhasan bangunan klenteng tersebut. Meski tidak memiliki tempat
parkir yang cukup bagi umat maupun pengunjungnya, tidak serta merta mengurangi
kemegahan klenteng ini. Masyarakat setempat menyebut klenteng ini dengan
sebutan “klenteng perempuan”.
Klenteng Tjoe Ling Kiong merupakan tempat peribadatan pemeluk ajaran Tri
Dharma, yang terdiri atas agama Buddha, Tao dan Konghucu. Eksistensi klenteng
ini dipersembahkan untuk Dewi Tianhou. Tianhou atau Ma Zu atau Mak Co
(Hokkian), juga dikenal dengan sebutan Tian Shang Sheng Mu (Mandarin) atau
Thian Siang Sing Bo, adalah dewi pelindung bagi pelaut asal Fujian (Hokkian).
Banyak klenteng Tianhou menyebar sepanjang kota-kota pantai di Asia Tenggara.
Tapi di samping altar utamanya juga terdapat patung dewa lain, yaitu Fude
Zhengshen dan Jialian. Fude Zhengshen adalah Dewa Bumi dan Kekayaan. Oleh orang
Fujian disebut sebagai Hok tek ceng sin atau Toa pe kong (Dabo gong, istilah
Mandarinnya). Dewa ini juga banyak didapati pada klenteng-klenteng di seluruh
Jawa.
Sulit diketahui kapan berdirinya klenteng ini, karena tidak ada
inskripsi yang tertinggal mengenai kapan diresmikannya bangunan tersebut. Di
dalam klenteng ini terdapat inskripsi tentang restorasi yang dilakukan pada
tahun 1850. Jadi diperkirakan klenteng tersebut sudah ada jauh sebelum tahun
1850.
Pada tahun 1980 bagian depan klenteng tersebut dirobohkan
berhubung adanya pelebaran jalan. Sangat disayangkan bahwa klenteng yang sangat
bersejarah ini terpaksa bagian depannya harus dibongkar karena alasan adanya
pelebaran jalan. *** [190913]
0 comments:
Post a Comment